Prof Tjandra Yoga Aditama
Jakarta, 9 Januari 2025 – Di awal tahun baru 2025 maka baik kalau kita punya harapan untuk kesehatan. Dalam hal ini WHO punya sedikitnya 7 proyeksi harapan yang akan dicapai bagi kesehatan dunia pada 2025, yang terbagi dalam 4 target dan 3 prioritas kesehatan.
Target pertama kesehatan dunia adalah tambahan 1,5 milyar penduduk dunia yang di tahun 2025 menjadi lebih sehat dan sejahtera (“better health and well-being”). Ini tentu suatu target yang amat mulia dan amat perlu kita wujudkan juga di negara kita. Lalu, target yang kedua adalah bahwa WHO memproyeksikan di tahun 2025 akan ada tambahan 585 juta orang yang dapat dilayani dengan pelayanan kesehatan esensial dan tidak mengalami hambatan keuangan untuk mendapat pelayanan ini. Ini juga amat penting bagi negara kita tentunya.
Target WHO ke tiga adalah bahwa di tahun 2025 ini akan ada tambahan 776,9 juta penduduk dunia yang terlindungi dari kegawat-daruratan kesehatan (“health emergencies”) seperti wabah besar dan pandemi. Sejalan dengan itu maka WHO mengupayakan agar di tahun 2025 ini dapat menyelesaikan Aturan Dunia untuk mengendalikan pandemi, atau semacam “Pandemic Agreement”, agar dunia dapat lebih terlindungi dalam menghadapi kemungkinan pandemi di waktu mendatang. Saya sendiri pernah ikut menjadi anggota Delegasi Republik Indonesia (DELRI) dalam pembahasan “Pandemic Agreement” ini, dan memang akhir 2024 sayangnya belum dicapai kesepakatan antar negara anggota WHO. Negosiasi nya masih amat alot. Mudah2an akan ada titik terang yang lebih jelas agar dunia -dan juga kita- lebih siap menghadapi pandemi mendatang, yang kita tahu pasti akan ada, kita hanya belum tahu kapan dan apa jenis penyakitnya.
Target WHO ke empat adalah bahwa di tahun 2025 akan ada penurunan 40% stunting pada balita di dunia. Dalam hal ini kita perlu upaya amat keras agar tengkes/stunting di negara kita juga dapat diturunkan secara bermakna.
Selain target maka WHO juga mencanangkan tiga prioritas kesehatan pada 2025 ini. Pertama adalah memprioritaskan investasi multi-sektoral dalam pengendalian penyakit tidak menular (PTM) dan kesehatan jiwa. Prioritas ke dua adalah mengintegrasikan pengendalian dan respon penyakit tidak menular (PTM) dan kesehatan jiwa dengan sistem anggaran masyarakat (“public financing systems”). Kita dapat mengerti tentang prioritasi penanganan penyakit tidak menular (PTM) ini, setidaknya karena tiga hal. Ke satu, angkanya terus meningkat dan bahkan sudah melebihi penyakit menular, ke dua karena PTM berhubungan dengan gaya hidup yang sehari-hari dilakukan masyarakat dunia dan juga kita, serta ke tiga sudah ada berbagai program yang relatif lebih mudah dan jelas hasilnya, yang disebut “best buy” program, yang baiknya juga diimplementasikan di negara kita.
Prioritas ke tiga adalah melakukan berbagai program untuk akselerasi pencapaian “Universal Health Coverage – UHC”. Harus diingat bahwa pelayanan kesehatan dalam UHC ini bukan hanya menjangkau semua, atau “no one left behind”, tetapi juga harus bermutu. Selain itu maka pelayanan kesehatan memang harus menyeluruh, dari promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.
Semoga derajat kesehatan di negara kita juga akan dapat meningkat di tahun 2025 ini, dengan kerja bersama pemerintah, tenaga kesehatan dan peran aktif masyarakat.
Prof Tjandra Yoga Aditama
- Komisaris Utama PT Itama Ranoraya Tbk