Itama
  • Tentang Kami
  • Produk
  • Merek
  • Hubungan Investor
  • Karir
  • Berita
  • Kontak Kami
  • EN
  • ID
Pilih Laman

Jul 30, 2025

Kurus Bukan Jaminan Sehat! Waspada Fatty Liver Tanpa Gejala
30 Juli 2025
Kurus Bukan Jaminan Sehat! Waspada Fatty Liver Tanpa Gejala

Jakarta, 30 Juli 2025 – Selama ini, penyakit hati berlemak (fatty liver) kerap dikaitkan dengan obesitas, konsumsi alkohol berlebihan, atau gaya hidup pasif. Namun, tahukah Anda bahwa orang dengan tubuh kurus pun dapat mengalami kondisi ini? Tanpa gejala yang jelas, fatty liver dapat berkembang menjadi peradangan hati kronis, sirosis, bahkan kanker hati jika tidak terdeteksi sejak dini.

 Secara medis, fatty liver adalah kondisi ketika sel-sel hati menyimpan lemak secara berlebihan atau lebih dari 5–10% dari total berat hati. Padahal, dalam kondisi normal, hanya sedikit lemak yang seharusnya tersimpan di organ ini. Ketika terjadi gangguan metabolisme, lemak dapat menumpuk di tempat yang tidak semestinya, termasuk di hati. Fatty liver sendiri dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Jika penyebabnya bukan konsumsi alkohol, kondisi ini dikenal sebagai NAFLD (non-alcoholic fatty liver disease). Yang mengejutkan, NAFLD kini semakin sering ditemukan pada orang bertubuh kurus, terutama di Asia.

Fenomena ini dikenal dengan istilah TOFI (Thin Outside, Fat Inside) di mana seseorang tampak ramping dari luar, namun memiliki akumulasi lemak berlebih di organ dalam. Banyak penderita tidak menyadari kondisi ini karena tidak menunjukkan gejala khas. Sebagian baru mengetahuinya saat menjalani medical check-up, USG abdomen, atau saat fungsi hati menunjukkan hasil abnormal. Dalam beberapa kasus, diagnosis baru ditegakkan ketika komplikasi mulai muncul, seperti kelelahan kronis, nyeri di perut kanan atas, atau kadar enzim hati yang tinggi secara tidak terduga.

Penyebab utama fatty liver pada orang kurus bukan semata karena asupan makanan, melainkan bagaimana tubuh memproses energi dan insulin. Salah satu faktor kunci adalah resistensi insulin, yaitu ketika sel-sel tubuh tidak merespons insulin secara efektif. Akibatnya, tubuh cenderung menyimpan lemak lebih banyak, termasuk di hati, meski kalori yang dikonsumsi tidak berlebihan. Faktor lain yang turut memengaruhi antara lain minimnya aktivitas fisik, stres kronis, pola makan tinggi karbohidrat olahan, hingga faktor genetik atau gangguan metabolik turunan. Bahkan, kebiasaan tidur larut dan gaya hidup malam hari juga berkontribusi terhadap gangguan fungsi hati.

Yang membuat kondisi ini berbahaya adalah anggapan keliru: “Saya kurus, jadi pasti sehat.” Banyak orang merasa tidak perlu menjalani pemeriksaan kesehatan karena berat badan mereka tergolong ideal. Padahal, fatty liver bisa berkembang secara diam-diam, terutama jika disertai gaya hidup tidak seimbang. Tubuh kurus bukan jaminan bebas dari penyakit, apalagi di era modern ketika kita lebih banyak duduk, kurang bergerak, dan mudah mengalami stres.

Kabar baiknya, fatty liver dapat dikendalikan jika dikenali sejak dini. Perubahan gaya hidup menjadi kunci utama seperti memperbaiki pola makan dengan mengurangi konsumsi gula tambahan, meningkatkan asupan serat, lemak sehat, serta makanan utuh; rutin berolahraga minimal 30 menit per hari; dan menjaga kualitas tidur yang cukup setiap malam. Dalam kasus tertentu, dokter mungkin akan merekomendasikan suplemen atau obat apabila fungsi hati sudah mulai terganggu.

Medical check-up sebaiknya dijadikan bagian dari gaya hidup, bukan sekadar respons terhadap gejala. Terutama jika Anda memiliki faktor risiko seperti konsumsi tinggi karbohidrat olahan, sering begadang, atau memiliki riwayat keluarga dengan diabetes maupun gangguan hati meskipun Anda memiliki postur tubuh yang ramping. USG hati dan tes fungsi liver (SGPT/SGOT) bisa menjadi langkah awal yang sederhana, namun krusial dalam mencegah komplikasi serius. Meski demikian, perlu dipahami bahwa pemeriksaan ini hanya bersifat skrining awal. Untuk memastikan diagnosis secara akurat, terutama bila hasil awal menunjukkan indikasi gangguan, dibutuhkan pemeriksaan lanjutan seperti biopsi hati atau pencitraan spesifik sesuai rekomendasi dokter.

Fatty liver bukan penyakit yang hanya menyerang orang bertubuh besar. Ini adalah gangguan metabolik yang dapat dialami siapa saja termasuk mereka yang terlihat sehat. Karena itu, penting bagi kita untuk mulai memahami tubuh secara lebih menyeluruh. Jangan hanya menilai kesehatan dari angka di timbangan; dengarkan sinyal tubuh, dan berikan perhatian lebih kepada organ vital seperti hati, yang bekerja tanpa henti dan sering kali tanpa keluhan.

< Latest Article
Back to News
Earlier Article >

Office 1

ITS Tower Lt. 21 Nifarro Park
Jl. KH. Guru Amin No. 18 Pasar Minggu
Jakarta Selatan, 12510,
Indonesia

Office 2

MT. Haryono Square Lt. I Unit 101
Jl. Otto Iskandardinata Raya No. 390
Jakarta Timur, 13330,
Indonesia

Kontak Kami

Phone : +62 21 2906 7207
Fax : +62 21 2906 7208
Whatsapp : 08 22 33 66 55
More Info : info@itama.co.id
Business Inquiries : busdev@itama.co.id

Terdaftar & Diawasi Oleh

Gakeslab

Temukan kami di:

© 2024 Copyright PT Itama Ranoraya
All rights reserved | Terms & Conditions