Itama
  • About
  • Products
  • Brand
  • Investor Relations
  • Career
  • News
  • Contact Us
  • EN
  • ID
Select Page

May 22, 2025

Jangan Disepelekan, GERD Berbeda dengan Maag!
22 May 2025
Jangan Disepelekan, GERD Berbeda dengan Maag!

Aguina Serana

Jakarta, 22 Mei 2025 – Pernahkah Anda merasakan nyeri dada yang disertai dengan kesulitan menelan dan sendawa yang tak kunjung berhenti? Jangan anggap remeh gejala tersebut, bisa jadi bukan sekadar maag biasa. Gastroesophageal Reflux Disease (GERD) adalah gangguan pada lambung yang berbeda dari maag. Pada penderita GERD, asam lambung naik ke kerongkongan (esofagus) sehingga menyebabkan kerusakan dan gejala-gejala yang khas seperti rasa mengganjal di tenggorokan, sensasi panas seperti terbakar dan tertekan di area dada (heartburn), hingga mual bahkan sesak nafas. Mengapa bisa demikian?

Esofagus memiliki otot yang berfungsi sebagai pembatas antara esofagus dan lambung (sfingter). Otot ini seharusnya menutup rapat untuk mencegah isi lambung naik kembali ke esofagus. Namun pada penderita GERD, sfingter esofagus melemah dan tidak dapat menutup dengan baik sehingga asam lambung yang seharusnya tetap berada di lambung mengalir kembali (refluks) ke esofagus. Sfingter dapat melemah karena beberapa faktor antara lain sering mengonsumsi makanan pemicu asam lambung (pedas, asam, berminyak), kebiasaan berbaring setelah makan, dan obesitas. Apabila dibiarkan, kondisi ini dapat menyebabkan berbagai gejala mengganggu seperti kesulitan menelan, nyeri dada, muntah, kelelahan, perasaan sesak, dan lainnya. Dalam jangka waktu yang lama, GERD dapat menyebabkan iritasi yang serius pada esofagus.

Apabila GERD berkaitan dengan melemahnya sfingter yang menyebabkan asam lambung naik ke kerongkongan, maka maag (dispepsia) berhubungan dengan gangguan di lambung akibat iritasi atau infeksi bakteri. Dispepsia sendiri terbagi menjadi dua jenis, yaitu dispepsia fungsional yang menyebabkan nyeri di ulu hati tanpa kerusakan pada lapisan jaringan (mukosa) lambung dan dispepsia organik yang disertai dengan perubahan mukosa lambung.

Perubahan mukosa lambung dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti luka (ulkus) yang timbul akibat penggunaan obat-obatan seperti steroid, NSAID (Non-Steroidal Anti-Inflammatory Drugs), atau infeksi bakteri Helicobacter pylori (H. Pylori). Selain itu, pola makan yang tidak sehat yang mengiritasi lambung juga dapat menyebabkan peradangan pada mukosa lambung. Dalam beberapa kasus yang lebih serius, perubahan pada mukosa lambung dapat berhubungan dengan keganasan atau kanker lambung. Untuk menentukan diagnosa, dokter biasanya akan merekomendasikan prosedur endoskopi untuk melihat langsung kondisi lambung dan esofagus, serta mengambil sampel jaringan (biopsi) jika diperlukan pemeriksaan lebih lanjut.

Jika maag dibiarkan tanpa penanganan, kondisi ini dapat berkembang menjadi GERD. Hal ini terjadi karena asam lambung yang berlebihan dapat naik ke esofagus, menyebabkan iritasi dan peradangan pada saluran pencernaan bagian atas sehingga memperburuk gejala. Untuk mencegah berkembangnya penyakit lambung, Anda perlu segera berkonsultasi dengan dokter. Umumnya dokter akan memberikan resep obat seperti antasida, PPI (Proton Pump Inhibitors), dan antibiotik tergantung pada kondisi masing-masing. Selain itu, dokter juga akan menganjurkan perubahan gaya hidup, tidak makan menjelang tidur, dan tidur dengan posisi kepala sedikit lebih tinggi untuk mengurangi gejala dan mencegah refluks asam lambung. Apabila gejala tidak kunjung membaik atau menetap dalam waktu yang lama, Anda disarankan untuk segera menjalani tindakan endoskopi agar dokter dapat secara langsung melihat kondisi saluran pencernaan Anda dan menyesuaikan pengobatan yang tepat.

Penyakit lambung seringkali dikaitkan dengan gaya hidup yang kurang sehat. Data Konsensus Nasional Penatalaksanaan Penyakit Refluks Gastroesofageal di Indonesia menyebutkan bahwa prevalensi GERD
diperkirakan sebesar 8-33% di tahun 2022 dan akan mengalami peningkatan setiap tahunnya. Dengan meningkatnya angka kasus tersebut, sangat penting bagi kita untuk melakukan pencegahan dengan menerapkan gaya hidup sehat. Beberapa langkah yang dapat diambil antara lain makan teratur dan menghindari makan terlalu larut malam, menghindari porsi makan yang terlalu besar, serta tidak langsung berbaring setelah makan. Selain itu, berolahraga dan menjaga berat badan ideal juga berperan penting dalam menjaga kesehatan lambung.

Hindari juga makanan yang dapat mengiritasi lambung, seperti makanan berlemak, pedas, asam, berminyak, serta mengurangi konsumsi kafein dan alkohol. Semua ini dapat membantu mencegah perburukan kondisi lambung. Selain faktor makanan, mengelola stres dengan baik juga sangat vital karena stres dapat memengaruhi pencernaan. Saat stres, tubuh memproduksi hormon yang dapat memperlambat proses pencernaan dan akhirnya memperburuk masalah lambung.

< Latest Article
Back to News
Earlier Article >

Office 1

ITS Tower Lt. 21 Nifarro Park
Jl. KH. Guru Amin No. 18 Pasar Minggu
Jakarta Selatan, 12510,
Indonesia

Office 2

MT. Haryono Square Lt. I Unit 101
Jl. Otto Iskandardinata Raya No. 390
Jakarta Timur, 13330,
Indonesia

Contact Us

Phone : +62 21 2906 7207
Fax : +62 21 2906 7208
Whatsapp : 08 22 33 66 55
More Info : info@itama.co.id
Business Inquiries : busdev@itama.co.id

Licensed & Supervised by

Gakeslab

Follow Us on:

© 2024 Copyright PT Itama Ranoraya
All rights reserved | Terms & Conditions