Nur Fauziah
Jakarta, 21 Maret 2025 – Kanker anak di Indonesia telah menjadi masalah kesehatan dengan angka kasus yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Berdasarkan informasi yang dirilis oleh Kementerian Kesehatan, data Globocan tahun 2020 mencatatkan total 11.156 kasus kanker pada anak usia 0 hingga 19 tahun. Sementara itu, laporan dari Indonesian Pediatric Center Registry mengungkapkan bahwa pada tahun 2021-2022 terjadi lonjakan jumlah kasus baru kanker anak sebanyak 3.834. Jumlah kasus ini disebut oleh World Health Organization (WHO) terbanyak di Asia Tenggara. Meski sudah ada upaya untuk menangani penyakit ini, penanganannya masih menghadapi berbagai hambatan yang menghalangi upaya penyembuhan dan perbaikan kualitas hidup anak-anak penderita kanker.
1. Kurangnya Kesadaran dan Edukasi tentang Kanker Anak
Selama ini, kanker pada anak sering dianggap sepele karena hanya mencakup sekitar 5% dari seluruh kasus kanker. Namun, angka tersebut tidak sepenuhnya mencerminkan kondisi sebenarnya. Menurut Catherine G. Lam, seorang epidemiolog dan spesialis onkologi anak, banyak kasus kanker anak yang belum terdiagnosis dengan tepat. Proyeksi menunjukkan bahwa jumlah kasus kanker pada anak akan meningkat signifikan pada tahun 2030. Hal ini sebagian besar dipengaruhi oleh informasi yang salah dan mitos yang beredar, seperti anggapan bahwa kanker tidak menyerang anak dan bisa dicegah. WHO menegaskan bahwa kanker dapat terjadi pada semua usia, termasuk bayi, dan hingga saat ini, kanker pada anak belum dapat dicegah secara efektif.
2. Keterlambatan Akses ke Pengobatan yang Tepat
Dengan angka kasus yang tinggi, lebih dari 50% kasus kanker anak yang datang ke fasilitas kesehatan sudah berada di stadium lanjut. Salah satu penyebab utama terlambatnya deteksi adalah kurangnya edukasi dan pengetahuan orang tua mengenai kanker anak. Padahal, jika kanker dapat dideteksi lebih dini, peluang kesembuhan anak akan lebih besar dengan pengobatan dan terapi yang tepat. Salah satu prosedur pengobatan yang dapat dilakukan adalah dengan radioterapi eksternal menggunakan teknologi Linear Accelerator (LINAC). Sel kanker akan dihancurkan dengan radiasi tinggi dan akurat tanpa merusak jaringan sehat di sekitarnya.
Hingga kini, penyebab pasti kanker pada anak belum dapat dipastikan. Namun, ada sejumlah gejala umum yang perlu diwaspadai, seperti pucat, memar, nyeri tulang, benjolan tanpa rasa sakit, penurunan berat badan, demam, batuk, sesak napas, keringat malam, perubahan pada mata, perut membuncit, sakit kepala berat disertai muntah, serta nyeri atau pembengkakan pada tangan, kaki, atau tulang tanpa riwayat trauma. Jika gejala-gejala tersebut muncul, segera konsultasikan dengan tenaga medis untuk pemeriksaan lebih lanjut.
3. Fasilitas Kesehatan yang Terbatas
Indonesia masih menghadapi tantangan dalam hal keterbatasan fasilitas kesehatan, terutama di luar Pulau Jawa. Rumah sakit yang memiliki layanan khusus pengobatan kanker anak terbatas, dan tidak semua rumah sakit daerah memiliki peralatan yang cukup untuk diagnosis dan terapi kanker anak. Selain itu, kekurangan tenaga medis menjadi masalah utama. Pada tahun 2024, Yayasan Kasih Anak Kanker Indonesia (YKAKI) melaporkan hanya ada 90 dokter ahli kanker anak di seluruh Indonesia, sebagian besar berada di kota-kota besar. Hal ini menyebabkan banyak keluarga kesulitan mendapatkan perawatan yang sesuai untuk anak mereka
4. Biaya Pengobatan yang Tinggi
Biaya pengobatan kanker anak yang sangat tinggi menjadi kendala besar bagi banyak keluarga di Indonesia. Banyak orang tua kesulitan membiayai perawatan jangka panjang, termasuk kemoterapi, radioterapi, dan obat-obatan yang diperlukan. Beban biaya ini sering memengaruhi tingkat kepatuhan orang tua dalam mengikuti pengobatan yang direkomendasikan, sehingga pengobatan yang terhenti di tengah jalan dapat memperburuk kondisi anak dan mengurangi peluang kesembuhan. WHO sendiri memperingatkan bahwa di negara dengan pendapatan rendah seperti Indonesia, tingkat kesembuhan kanker anak hanya mencapai 0-30%, sementara seharusnya kanker anak bisa disembuhkan hingga 70-80%.
Masalah kanker pada anak di Indonesia membutuhkan perhatian serius dan pendekatan yang lebih menyeluruh. Untuk meningkatkan kesadaran dan edukasi tentang kanker anak, pemerintah dan organisasi non-pemerintah perlu menggencarkan kampanye melalui berbagai media, serta melakukan pelatihan untuk tenaga kesehatan primer agar lebih cepat mendeteksi gejala kanker. Selain itu, teknologi medis seperti Linear Accelerator (LINAC) dapat didistribusikan ke lebih banyak rumah sakit, khususnya di luar Pulau Jawa. Peningkatan fasilitas kesehatan dan jumlah tenaga medis juga sangat diperlukan, khususnya untuk dokter spesialis onkologi anak.
Kendala lainnya yang dihadapi adalah biaya pengobatan yang tinggi bagi keluarga yang terdampak, sehingga penting untuk memperkenalkan program asuransi kesehatan terjangkau seperti BPJS Kesehatan, yang dapat membantu meringankan beban biaya pengobatan kanker anak. Dengan melibatkan masyarakat dan pemerintah, diharapkan penanganan kanker pada anak di Indonesia dapat lebih efektif dan merata.
Penulis : Nur Fauziah
Editor : Aguina Serana